Ekspektasi Siswa
Siswa
merupakan peserta didik yang memiliki sumber daya manusia. Sumber daya manusia
(SDM) siswa tersebut perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk mengembangkannya siswa mesti mengikuti
pendidikan, melalui pendidikan siswa akan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi
(Iptek), serta beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT (Imtaq). Penguasaan Iptek dan
imtaq ini diperlukan untuk bekal hidup di dunia dan untuk akhirat nanti.
Siswa yang memiliki SDM yang
beriptek dan berimtaq adalah salah satu ekspektasi (ekspektasi) bangsa, tidak
hanya itu konselor sebagai pendidik tentunya berharap seperti itu, ketika
pendidikan berbuah iptek dan imtaq serta terealisasi dalam kehidupan siswa,
maka hal itu akan membuat hati para pendidik bangga, hal tersebut akan tercapai
tentunya berdasarkan kebutuhan.
Menurut Abraham Maslow bahwa
“Manusia mempunyai lima
kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari
yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang
sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi”.[1]
Dari pendapat di atas bahwa manusia mempunyai tingkatan kebutuhan, dari
kebutuhan rendah sampai kebutuhan tertinggi atau penting dan tidak penting
artinya adalah ada kebutuhan manusia yang harus segera pemenuhannya setelah
terpenuhinya kebutuhan tersebut maka baru akan terpenuhi kebutuhan selanjutnya.
Maslow membagi kebutuhan
manusia menjadi dua kelompok utama, yaitu kebutuhan dasar yaitu fisiologis, rasa aman, dicintai,
penghargaan dan kebutuhan tumbuh yaitu kebutuhan mengetahui dan memahami (belajar),
keindahan, aktualisasi diri”.[2]
Kebutuhan dasar dalam hidup individu adalah kebutuhan fisiologis, rasa aman,
dicintai, penghargaan dan kebutuhan tumbuh yaitu kebutuhan mengetahui dan
memahami (belajar), keindahan dan baru individu mampu mengaktualisasikan
dirinya.
Dari pendapat Maslow di atas
diketahui bahwa siswa yang kebutuhan dasarnya seperti rasa aman dan rasa
dicintai tidak terpenuhi akan memiliki energi psikologis yang kecil yang dapat
dikerahkan untuk belajar. Jika siswa telah merasakan kenyamanan dengan konselor
dan dicintai atau diperhatikan oleh konselor di sekolah tentunya semangat
belajar bahkan semangat hidupnya akan tumbuh. Sebaliknya jika kebutuhan
tersebut belum terpenuhi seutuhnya makanya siswa memiliki ekspektasi.
Ekspektasi adalah ekspektasi
atau pengekspektasi. Senada dengan pernyataan di atas di dalam kamus Bahasa
Indonesia dinyatakan bahwa “Ekspektasi
adalah keinginan hati”.[3]
”Ekspektasi sebuah impian/ekspektasi dari hatimu”.[4] Dari pendapat di atas dapat diambil
pengertian yaitu suatu keinginan atau ekspektasi, dan impian yang dimiliki oleh
individu terhadap tujuan yang diinginkan.
Secara terminologi Riduwan berpendapat bahwa
”ekspektasi adalah suatu
kesempatan yang diberikan, terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan”[5].
Jadi ekspektasi adalah ekspektasi dan keinginan
seseorang. Siswa memiliki ekspektasi tertentu terhadap konselor di sekolah,
sebab konselor adalah teladan bagi siswa, jadi segala tindakan yang dilakukan
oleh konselor akan di contoh dan ikuti oleh peserta didik di sekolah. Ekspektasi
dan keinginan siswa terhadap perlakuan guru di sekolah akan mempengaruhi
kelancaran dari proses pembelajarannya. Jika ekspektasinya terpenuhi, maka
siswa akan belajar dengan tenang, semangat, dan penuh motivasi. Sebaliknya, jika
ekspektasinya tidak terpenuhi, maka proses belajarnya akan terhambat, atau akan
menimbulkan kekecewaan atau frustasi.
[1] Teori Hirarki Kebutuhan Maslow / Abraham
Maslow - Ilmu Ekonomi, tersedia:http://organisasi.org/teori_hierarki_kebutuhan_maslow_abraham_maslow_ilmu_ekonomi
[2] Suhadinet.wordpress.com tersedia: bahan
bacaan 6 Comments Tags: kenaikan
BBM, ketidakadilan, motivasi belajar, pemerintah,
teori kebutuhan maslow, Diterbitkan Mei
15, 2008
[3] Muhammad Ali, loc.cit.,
[4] Riduwan, 2005. Metoda
Dan Teknik Menyusun Tesis, tersedia: http://www.mtsrw.com/who+am+i/definisi+ekspektasi.mtsrw
0 komentar:
Posting Komentar