Pengertian Kompetensi Kepribadian Konselor
a. Kompetensi
Kompetensi
secara etimologi adalah berasal dari bahasa Inggris yaitu “competence, yang
berarti kecepatan, kemampuan, wewenang”.[1] Kompetensi adalah kemampuan dan kakuatan, dalam kamus
besar Indonesia kompetensi berarti “wewenang atau kekuasaan untuk menentukan
atau memutuskan sesuatu”.[2]
Kompetensi
berarti kemampuan atau kecakapan yang dimiliki oleh seseorang, sehingga mempunyai
wewenang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan kecakapan yang
dimilikinya. Jadi secara etimologi kompetensi merupakan
kecakapan, wewenang, kekuasaan, kekuatan dan kemampuan individu untuk melakukan
sesuatu aktifitas atau pekerjaan.
Secara terminologi
H.M Arifin menegaskan bahwa kompetensi adalah “Kemampuan yang memadai untuk
melaksanakan tugas atau memiliki pengetahuan, keterampilan dan kecakapan yang
disyaratkan untuk itu”.[3] Dari pendapat H.M. Arifin di atas dijelaskan
bahwa kompetensi merupakan kemampuan atau kecakapan yang cukup dan memadai
untuk melakukan kegiatan ataupun tugas tertentu, kemampuan yang dimaksud berupa
pengetahuan, keterampilan sebagai syarat untuk melakukan tugas tersebut.
Mulyasa mengemukakan bahwa
kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a
person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she
can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”[4]. Dalam hal ini,
kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia
dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan
sebaik-baiknya.
Lebih
lanjut Sofo menegaskan bahwa “Kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan,
keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan”[5] Pendapat di atas menjelaskan bahwa kompetensi berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap akan lebih baik jika terlihat dalam aplikasi yang nyata dalam pekerjaannya.
Senada dengan pendapat di atas
Mungin Eddy Wibowo menyatakan bahwa kompetensi adalah “seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasi oleh
pendidik yang melaksanakan tugas keprofesionalannya.[6]
Jadi kompetensi merupakan
seperangkat keahlian, pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dikuasi dan diaplikasi oleh seseorang dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya pada profesi yang dijabat.
a. Kepribadian
Kepribadian
merupakan suatu bentuk karakter seseorang yang bisa dijadikan sebagai ciri khas
sehingga mencerminkan sikap dan akhlak yang membedakannya dengan orang lain. Kepribadian
dalam bahasa Inggrisnya adalah “personaliti berasal dari bahasa Yunani “per” dan “sonare” yang berarti topeng, dan juga berasal dari kata “personare”
yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemaian yang memakai topeng tersebut”.[7]
Selain itu Jalaludin dan Usman Said
menyatakan bahwa “kepribadian berasal dari kata “personare” dari bahasa Yunani
yang berarti menyuarakan melalui alat. Di zaman Yunani Kuno para pemain
sandiwara melakukan dialog dengan memakai alat penutup muka (topeng) yang
dinamakan “Pesona” menjadi “Personality (kepribadian)”.[8]
Berdasarkan pendapat di atas kepribadian
merupakan tampilan individu dan kesan individu tersebut terhadap individu
lainnya. Di samping itu Ramayulis menyatakan bahwa “kepribadian berasal dari
kata “mentality, personality, individuality, dan identity”[9].
Kepribadian adalah personal, diri individu atau pribadi seseorang secara
total/keseluruhan.
WA. Gerungan menyatakan bahwa
“Kepribadian adalah “dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang
turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya”.[10] Kepribadian
merupakan perkembangan atau pergerakan dari psikis dan fisik (psikofisik) individu yang menentukan pemikiran dan tingkah
laku individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Senada dengan pernyataan di atas Abdul
Mujib menyatakan bahwa kepribadian adalah “ organisasi dinamis dalam diri
individu yang terdiri atas psikofisik yang menentukan penyesuaian dirinya yang
khas terhadap lingkungannya”.[11] Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri individu atau organisasi keseluruhan dari berbagai aspek
tingkah laku individu yang terdiri atas fisik dan jiwa seseorang yang
berkembang dan bergerak.
Kepribadian tidak berdiri sendiri,
ia adalah kombinasi dari elemen-elemen seperti motivasi, emosi, kapasitas
belajar, pengalaman belajar. Kepribadian adalah “sifat dan aspek tingkah laku
yang saling berhubungan di dalam diri individu, yang bersifat psiko-fisik, yang
mempunyai ciri-ciri khas yang membedakan individu itu dengan individu lain”.[12]
Jadi kepribadian
adalah suatu ciri khas tingkah laku seseorang yang dibangun oleh psiko-fisik,
atau hasil usaha atau proses kehidupan yang dijalani oleh manusia, yang
berhubungan dengan kehidupan sosialnya maupun kehidupan individualnya. Oleh karena itu proses yang dijalani setiap orang berbeda-beda, maka
kepribadian tiap-tiap individupun berbeda-beda. Dengan kepribadian inilah dapat
dibedakan antara satu individu dengan individu yang lainnya. Hal itu dapat
diketahui dari cara berfikir, bertindak, mengeluarkan pendapat dan filsafat
hidupnya serta kepercayaan yang dimiliki atau yang dianutnya.
Abdul Mujib mengemukakan bahwa “
sebagian psikolog melihat bahwa kepribadian tidak sekedar ditentukan oleh
konstitusi dan kebiasaan-kebiasaan individu, melainkan ditentukan oleh kondisi
lingkungan yang mempengaruhinya”.[13]
Jadi faktor yang mempengaruhi kepribadian seorang individu yang lebih besar
adalah kondisi lingkungan dimana individu tersebut menetap.
Kepribadian yang dimiliki seseorang
dapat berkembang dan mengalami perubahan, tetapi dengan adanya perkembangan itu
maka semakin terbentuklah pola-polanya yang tetap dan khas, sehingga merupakan
ciri yang unik bagi setiap individu. Dalam proses perkembangan tersebut tentunya
mengalami hambatan dan benturan sehingga menghambat perkembangan dari
kepribadian seseorang.
Facthur Rahman menyatakan bahwa
“faktor yang mempengaruhi kepribadian individu adalah faktor bawaan dan faktor
lingkungan yang meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat”[14]
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian Pertama faktor biologis yaitu faktor yang berhubungan dengan
keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis. Keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan
telah menunjukkan adanya perbedaan satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat
pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat jasmani yang ada
pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang
merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tubuh yang
berlainan itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat serta temperamen yang
berbeda-beda pula.
Kedua faktor sosial ialah masyarakat, manusia
lain di sekitar individu akan mempengaruhi individu yang bersangkutan. Masyarakata yang berkembang melahirkan
kebudayaan. Kebudayaan masyarakat dapat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan kepribadian pada diri masing-masing individu di mana ia dibesarkan.
Ada beberapa
aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan
kepribadian, antara lain ialah:
a.
Nilai-nilai
b.
Adat dan tradisi
c.
Pengetahuan dan keterampilan
d.
Bahasa
e.
Milik kebendaan (material
possessions).[15]
Adapun aspek kebudayaan mempengaruhi
pembentukan keperibadian adalah nilai yang dianut individu, adat kebiasaan, pengetahuan,
keterampilan, bahasa yang digunakan dan benda yang dimiliki individu. Ke empat faktor sekolah/pendidikan
individu, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi individu. Semakin sering potensi individu diasah maka
akan semakin bagus kompetensi dirinya. Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa
pembawaan sejak lahir, lingkungan sekitar, kebudayaan yang di anut dan
pendidikan yang diterima individu akan mempengaruhi kompetensi kepribadian
c. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian
merupakan kemampuan, kecakapan dan keterampilan yang ditampilkan seseorang.
Menurut Mungin Eddy Wibowo kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan, dan berakhlak mulia”.[16]
Dari pendapat di atas menyatakan bahwa kompetensi kepribadian adalah suatu kemampuan
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, bisa menjadi teladan dan
berakhlak mulia yang harus dimiliki oleh konselor, sebagai pembimbing atau
pendidik di sekolah.
Foker menyatakan bahwa ”kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh konselor adalah
berjiwa pendidik, terbuka, mampu mengembangkan diri dan memiliki integritas
kepribadian”.[17] Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki konselor
adalah jiwa pendidik yang terbuka, mampu mengembangkan diri dan memiliki
integritas kepribadian.
Konselor mesti
memiliki jiwa terbuka dan mampu mengendalikan diri. Kepribadian konselor tersebut
melibatkan hal seperti nilai, semangat bekerja, sifat atau karakteristik, dan tingkah
laku. Sanusi menyatakan bahwa “kemampuan kepribadian guru meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1)
Penampilan sikap yang positif
terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru
2)
Pemahaman, penghayatan dan
penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru
3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan
teladan bagi para siswanya.[18]
Pernyataan di atas
menjelaskan bahwa, seorang guru harus menerapkan kemampuan kepribadian di mana
saja berada seperti, selalu berpandangan positif terhadap semua orang, berlaku
adil, dan dapat berpenampilan yang menarik peserta didik menjadi aman dan
nyaman dengan pendidik, karena guru di sekolah merupakan panutan dan teladan
bagi peserta didik. Hal itu sama dengan konselor, konselor dituntut untuk selalu
perpandangan positif terhadap orang lain khususnya siswa, memiliki pemahaman
yang baik serta berpenampilan yang sopan dan rapi kerena konselor akan menjadi
contoh, panutan dan teladan bagi peserta didik di sekolah dan masyarakat pada
umumnya.
Secara rinci Dede
Sugita menyatakan bahwa “setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan
menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut: 1) Memiliki
kepribadian yang mantap dan stabil. 2) Memiliki kepribadian yang dewasa. 3)
Memiliki kepribadian yang arif. 4) Memiliki kepribadian yang berwibawa. 5)
Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan”.[19]
Senada dengan pendapat di atas, Mungin Eddy
Wibowo menyatakan bahwa “kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi orang lain
dan berakhlak mulia”.[20]
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian konselor
adalah kemampuan, keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor di
sekolah dalam bersikap, bertindak dengan
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia dan
menjadi teladan bagi orang lain.
[2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op, cit., hal. 1
[3] M.H Arifin, Kapita Selekta
Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal.112
[5] Sofo, dalam Mulyasa, loc. cit.
[6] Mungin Eddy Wibowo, op cit, hal. 6
[7] Prof. Dr. Nana
Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi
Proses Pendidikan, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h.136
[8] Jalaludin dan
Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam.
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 1999), hal. 89
[9] Ramayulis, Ilmu Pendidikan
Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h.188
[10] WA. Gerungan, 1996. Psikologi
Sosial. Bandung:
Eresco.h.26
[11] Abdul Mujib, Fitrah dan
Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis, (Jakarta: Darul Falah, 1999), hal.80
[12] Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda,
1996), hal. 154
[13] Abdul Mujib, op.cit.,hal.
73
[14] Facthur Rahman, Kepribadian, tersedia: http://fachur:
multiply.com/jurnal/item/180
[15] Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan. (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, , 2007), hal. 164 -166
[16] Mungin Eddy Wibowo, loc.cit.,
[17] Foker LSM Papua.org.2008. Kompetensi
Kepribadian Guru, tersedia: http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/artikel.php?aid=25392
(18 Februari 2008)
[18] Dede Sugita. (1991). Kompetensi Guru. Tersedia: http://www.smansabali.sch.id/guru/gede.sugita/?p=13
[19] Ibid.
[20] Mungin Eddy Wibowo, op.cit. hal. 6
0 komentar:
Posting Komentar