in

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 03 Januari 2013

MENDIDIK ANAK DALAM KELUARGA



Nikah memang sunah rasul, jika kita umat beliau maka jalankan dan kerjakanlah sunah beliau tesebut, namun hari ini banyak diantara kita tidak begitu mendalami makna dari pernikahan tersebut, malahan diantara umat islam menjadikan pernikahan hanya sekedar menutupi malu karna telah hamil duluan sebelum adanya ijab dan qabul, padahal setelah penikahan tersebut banyak tanggung jawab dan amanah yang harus dipahami dan dilaksanakan, amanah berkluarga, amanah mendidik anak.
Tidak jarang orang tua beranggapan bahwa pendidikan anaknya hanya diserahkan kepada sekolah, anggapan lain bahwa mendidik anak itu adalah tugas guru di sekolah.
Pendidikan yang sangat berpengaruh kepada anak adalah pendidikan dalam keluarga, hal ini terlihat jika pendidikan dalam keluarga terlaksana dengan baik dan benar maka anak-anak kita akan mudah diatur atau dididik di sekolah atau di lembaga pendidikan formal.
mendidik harus dari hati yang ikhlas dan penuh kehati-hatian karena ada sepuluh  hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua  menurut    (Dorothy Law Nolte Ph    yaitu:      
  • Jika Anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki
  • Jika Anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi
  • Jika Anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri
  • Jika Anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali
  • Jika Anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar menahan diri
  • Jika Anak dibesarkan dengan pujian, maka ia belajar menghargai
  • Jika Anak dibesarkan dengan dorongan, maka ia belajar untuk percaya diri
  • Jika Anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, maka ia belajar keadilan
  • Jika Anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar menaruh kepercayaan
  • Jika Anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

RPL BIMBINGAN KONSELING


LOGO-PPANJANGPEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 PADANG PANJANG
Jln. Syech Ibrahim Musa No. 26 Padang Panjang 27127Telp. (0752) 7020461 
Fax. (0752) 84072 E-mail smkn2papa@gmail.com Website : www.smkn2padangpanjang.org
 

RENCANA PROGRAM LAYANAN (RPL) / SATLAN

1
Topik Permasalahan
:
Dunia  pergaulan
2
Bidang Bimbingan
:
Pribadi dan sosial
3
Jenis Layanan
:
Informasi
4
Format Layanan
:
Klasikal
5
Fungsi Layanan
:
Pemahaman dan pencegahan
6
Tujuan / hasil yang ingin dicapai
:
Agar siswa  mampu menata hati dalam bergaul dilingkungan manapun siswa  berada nantinya
7
Sasaran                
:
Siswa kelas  XI RPL 2
8
a. Uraian Kegiatan
:
1.     Pengawalan : Mempersiapkan siswa (berdo’a, cek kehadiran siswa, apersepsi, tujuan layanan)
2.     Kegitan inti : Elaborasi, eksplorasi, kompensasi
3.     Penutup : Kesimpulan, penilaian, tugas

b. Materi Layanan
:
1.     Mencatat arti pergaulan
2.     Mencatat kiat bergaul dengan orang lain
-          Aku bukan ancaman bagimu
-          Aku menyenangkan bagimu
-          Aku bermanfaat bagimu
9
Metode
:
Ceramah, penugasan dan diskusi/Tanya jawab
10
Tempat
:
Ruangan kelas
11
Waktu
:
2 x  45  Menit, Juma’at, 7 September 2012/ 09.45-10 30
12
Penyelenggara
:
Guru BK
13
Media
:
Spidol, buku absen, buku sumber dan permainan
14
Bahan/sumber
:
Modul Bimbingan konseling  dan sumber lainnya
15
Penilian proses
:
Kegiatan berjalan dengan lancar dan siswa semua memperhatikan dengan baik, beberapa orang siswa mengajukan pertanyaan serta merespon
16
Penilaian hasil
:


LAISEG
:
Siswa  merasa lega, senang untuk bergaul dengan sipapun

LAIJAPEN
:
Pemantauan selama satu minggu

LAIJAPANG
:
Akan melihat perkembangan siswa satu bulan kemudian
16
Tindak lanjut
:
Bimbingan  Kelompok
17
Keterkaitan dengan kegiatan pendukung
:
………………………………………………………………......
…………………………………………………………………..
18
Pihak-pihak yang diikutsertakan dalam pelaksanaan layanan : .........................................................................

19
Catatan                
:
. ……………………………………………………………………………..






Padang Panjang,                        20
Mengetahui,                                                                                                                
Kepala sekolah                                                             Guru Pembimbing



Drs. IVERY MORPHI, M.Pd                                    FITRA GUSNITA, S.Pd.I
NIP. 196110429 198603 1 003                                        NIP. 19860816 201101 2 008     






                         

Sabtu, 24 November 2012

PERSEPSI


Persepsi
1.      Pengertian Persepsi
Persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu “perception”, apabila di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia persepsi mengandung beberapa arti tanggapan. Tanggapan tersebut dapat diartikan “pesan” yang tinggal pada seseorang setelah melakukan pengamatan.[1]
Pendapat di atas menyatakan bahwa persepsi dapat diartikan sebagai tanggapan atau pesan yang diterima seseorang setelah melakukan pengamatan terhadap suatu objek. Persepsi itu akan terjadi apabila adanya rangsangan dari luar diri individu seperti informasi, kejadian dan lain-lain.
Proses terjadinya persepsi apabila informasi yang datang dari luar diri individu melalui panca indra, seperti; mata, telinga, lidah, dan kulit. Kemudian rangsangan itu diterima, lalu diinterpretasikan, setelah itu baru dilakukan proses penyadaran oleh individu tersebut. Setiap individu mempunyai pengalaman dan latar belakang yang berbeda-beda terhadap rangsangan yang diterimanya, sehingga hasil persepsinya juga berbeda.
Pada saat memberikan suatu tanggapan tertentu pada suatu objek, tentu adanya proses memperspsi terlebih dahulu, sebagaimana Bimo Walgito menyatakan:
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan yaitu merupakan suatu proses yang berwujud di terimanya stimulus oleh individu melalui alat resptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan stimulus itu disalurkan ke pusat susunan saraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologi sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang dia dengar dan sebagainya. Karena itu proses pengindraan tidak terlepas dari proses persepsi dan proses pengindraan akan selalu terjadi setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui indranya dan reseptornya. Alat indra merupakan penghubung antar individu dengan dunia luar.[2]

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya persepsi diawali dengan pengindraan yang dilakukan oleh individu pada suatu objek tertentu. Kemudian pengindraan diterima individu melalui alat resptornya, dan stimulus menyampaikannya ke otak. Dari proses itu akan menghasilkan suatu pesan atau tanggapan tertentu terhadap objek tersebut.
Di samping itu para ahli mengemukakan pendapat tentang persepsi sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Josepsh A. Devito yang dikutip oleh Onang Uchjana mengemukakan persepsi adalah “proses dimana kita menjadi sadar akan objek atau peristiwa dalam lingkungan melalui ragam indra kita, penglihatan, perabaan, penciuman, dan pengecapan”.[3]
Dari pernyataan di atas dapat di jelaskan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang membuat seorang individu menjadi sadar akan objek atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Hal terjadi melalui alat indranya seperti penglihatan, perabaan, penciuman, dan pengecapannya.
Senada dengan pendapat di atas, Jalaluddin Rahmat mendefinisikan bahwa “persepsi itu merupakan pengalaman terhadap objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”.[4] Kartini Kartono menyatakan bahwa “persepsi merupakan pengamatan secara global disertai kesadaran, sedang objek dan subjeknya belum berbeda satu dari yang lainnya”.[5]
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses informasi yang berasal dari pengalaman dan peristiwayang terjadi pada masa lampau. Dengan kata lain, persepsi dapat diartikan sebagai proses informasi yang terjadi melalui alat-alat indra berdasarkan pada pengalaman pada masa lampau. Dan juga pengalaman pada objek yang disimpulkan dan diberikan makna kemudian ditafsirkan berdasarkan pada stimuli dari lingkungan.
Jadi, dapat dipahami bahwa persepsi personil sekolah adalah suatu pesan atau tanggapan yang diperoleh seseorang atau personil sekolah setelah mengadakan pengamatan langsung terhadap lingkungannya. Pengamatan tersebut dalam bentuk kemampuan atau kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru pembimbing di sekolah baik berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain.
2.      Bentuk-bentuk Persepsi
Dari pengertian persepsi di atas, secara umum dapat dilihat bentuk-bentuk dari persepsi itu sendiri, yaitu:
a.       Persepsi dalam artian pengalaman terdahulu yang berkaitan.
b.      Persepsi dalam perasaan, sikap, dorongan perorangan dan sebagainya.[6]
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1.      Persepsi dalam artian pengalaman yang telah lalu.
Proses mempersepsi situasi sekarang atau suatu kejadian tidak bisa terlepas dari adanya pengalaman terlebih dahulu. Kalau pengalaman terdahulu itu sering muncul, maka reaksi yang terjadi menjadi kebiasaan. Dengan adanya pengalaman-pengalaman tersebut, maka individu dapat menyimpulkan apa yang telah dilihat ataupun dirasakanya.
Kebanyakan aktivitas-aktivitas sehari-hari bergantung pada pengalaman terdahulu, hal tersebut bereaksi pada isyarat dan lambang dari keseluruhan stimulus aslinya. Jadi apabila kebanyakan situasi persepsi itu pada umumnya merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lampau.
2.      Persepsi, perasaan, sikap, dorongan perorangan dan sebagainya
Kalau dilanjutkan meneliti proses pengamatan itu, makin jelas bahwa proses persepsi tersebut bukanlah proses mekanis yang sederhana. Proses menerima stimulus-stimulus tertentu yang mengakibatkan akibat-akibat tertentu pula. Proses tersebut melibatkan panca indra, perasaan bahkan emosi individu dalam memberikan tanggapa terhadap suatu objek atau rangsangan yang terjadi.
Secara psikologis perasaan dan emosi mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mempersepsi secara tepat dan objektif. Ketika suatu rangsangan datang, kemudian diterima oleh panca indra, maka panca indra langsung ke menyalurkannya ke perasaan. Dari perasaan ini akan disalurkan ke emosi individu, maka emosi inilah nantinya yang akan memberikan balasan atau jawaban terhadap rangsangan tersebut yaitu berupa pesan atau tanggapan terhadap objek yang diterima.
3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi yang dilakukan masing-masing individu tentunya berbeda-beda, hal itu di pengaruhi oleh beberapa faktor. Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:
a.       Perhatian, artinya biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitar kita sekaligus, tapi kita menfokuskan perhatian kita pada dua objek saja.
b.      Kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan sosial maupun yang menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi seseorang tersebut.
c.       Sistim nilai, sistim nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi.
d.      Ciri kepribadian, ciri kepribadian akan mempengaruhi persepsi. Missal A dan B bekerja di suatu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang atasan, A yang pemalu dan penakut akan mempersepsikan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu dijauhi, menganggap atasannya sebagai tokoh yang tidak dapat di ajak bergaul seperti orang biasa lainnya.
e.       Gangguan kejiwaan, gangguan kejiwaan dapat menimbulkan persepsi yang disebut halusinasi.
f.       Pengalaman terdahulu, hal ini seiring muncul sehingga menjadi salah satu kebiasaan dan kebanyakan situasi merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman masa lampau.[7]

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yang pertama kali yaitu bentuk perhatian yang dilakukan. Dalam setiap kehidupan individu, akan banyak menemui rangsangan dari lingkungannya. Semua ini tidak akan dapat ditanggapi individu dengan memusatkan perhatian pada rangsangan tertentu saja, karena perhatian yang terbatas akan mempengaruhi persepsi seseorang.
Kebutuhan dan sistem nilai yang dianut seseorang juga akan mempengaruhi persepsinya, demikian juga ciri kepribadian yang dimiliki seseorang. Seseorang yang memiliki ciri kepribadian tertentu, yang berbeda dengan objek yang diamatinya tentu akan mempersepsikan bentuk kepribadian objek yang diamatinya.
Senada dengan pendapat di atas, Mar’at menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu:
a.       Pengalaman, tiap individu akan dapat memberikan persepsi yang berbeda-beda dan hal itu tergantung kepada bagaimana pengalaman yang diterima terhadap objek yang dipersepsi.
b.      Proses belajar, persepsi yang akan diberikan setiap individu itu selain berdasarkan pengalaman juga melalui proses belajar, maksudnya selama ia bergaul dengan objek yang diteliti, maka akan turut memberikan penilaian dan hal ini bisa saja menjadi tidak sama antara yang dipersepsi saat itu dengan yang akan datang.
c.       Cakrawala dan pengetahuan, persepsi yang diberikan seseorang itu sebenarnya tidak terlepas dari pengetahuan yang diterimanya mengenai objek yang sedang di persepsi.
d.      Manusia mengamati suatu objek psikologi, dengan kaca matanya sendiri yang diwarnai oleh nilai dan kepribadiannya, misalnya jika seseorang yang memiliki kepribadian yang selalu berfikiran negative terhadap orang lain, ia akan memberikan persepsi negative juag terhadap objek yang akan di persepsi.[8]

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman individu dalam mengamati  suatu objek. Dengan adanya kebutuhan individu akan sesuatu, juga akan mempengaruhi individu dalam mempersepsikan objek tersebut. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi individu dalam mempersepi adalah proses belajar dan kepribadian yang dimiliki oleh individu tersebut, kerena proses belajar yang di alami seseorang berbeda dan kepribadian tiap-tiap individu juga berbeda-beda pula, sehingga dalam mempersepsi pada objek yang sama akan berbeda-beda pula.
 Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi tidak berdiri sendiri, persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Salah satu factor yang mempengaruhinya adalah kebudayaan, pengalaman, proses belajar, cakrawala, pengetahuan dan kepribadian. Faktor ini akan terlihat melalui perhatian yang sangat selektif, pengalaman dan ciri-ciri rangsangan yang akan dijadikan sebagai persepsi atau penilaian.

B.     Personel Pelaksana Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Personil sekolah merupakan orang-orang bertugas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadaya, yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan. Personil sekolah meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru pembimbing, tata usaha dan lain-lainya. Personel pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap unsur yang terkait di dalam organigram pelayanan bimbingan dengan koordinator guru pembimbing/ konselor sebagai pelaksana utamanya. Uraian tugas masing-masing personel tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh di sekolah yang bersangkutan, tugas kepala sekolah adalah:
1.      Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah, sehingga kegiatan pengajaran, pelatihan dan bimbingan merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis.
2.      Menyediakan prasarana, tenaga, sarana, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelyanan bimbingan yang efektif dan efisien.
3.      Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan.
4.      Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan di sekolah kepada kanwil/ kandep yang menjadi atasannya.


2.      Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah termasuk pelaksanaan bimbingan dan konseling.
3.      Koordinator Bimbingan
Koordinator bimbingan bertugas mengkoordinasi para guru pembimbing dalam:
1.      Memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada segenap warga sekolah, orang tua siswa dan masyarakat.
2.      Menyusun program bimbingan
3.      Melaksanakan program bimbingan
4.      Mengadministrasikan pelayanan bimbingan
5.      Menilai program dan pelaksanaan bimbingan
6.      Memberikan tindak lanjut terhadap hasil penilaian bimbingan
4.      Guru Pembimbing/ Konselor
Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, guru pembimbing/ konselor bertugas:
1.      Memasyarakatkan pelayanan bimbingan
2.      Merencanakan program bimbingan
3.      Melaksanakan segenap layanan bimbingan
4.      Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan
5.      Menilai proses dan hasil pelayanan bimbingan dan kegiatan pendukungnya
6.      Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian
7.      Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakannya
8.      Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan kepada koordinator bimbingan.
5.      Guru Mata Pelajaran
Sebagai tenaga ahli pengajaran dan/ atau pelatihan dalam mata pelajaran atau program latihan tertentu, dan sebagai personel yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan guru mata pelajaran dan pelatih dalam layanan bimbingan adalah:
1.      Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepasa siswa
2.      Membantu guru pembimbing/ konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan
3.      Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan kepada guru pembimbing/ konselor
4.      Menerima siswa yang menurut guru pembimbing/ konselor memerlukan pelayanan pengajaran khusus (seperti pengajaran perbaikan, program pengayaan)
5.      Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan.
6.      Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/ kegiatan bimbingan untuk mengikuti/ menjalani layanan kegiatan yang dimaksudkan itu.
7.      Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
8.      Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian bimbingan dan upaya tindak lanjutnya.
6.      Wali Kelas
Sebagai pengelola kelas tertentu, dalam pelayanan bimbingan wali kelas berperan:
1.      Membantu guru pembimbing/ konselor melaksanakan tugas-tugas khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
2.      Membantu guru mata pelajaran/ pelatih melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
3.      Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/ menjalani dan/ atau kegiatan bimbingan.[9]
Berdasarkan uraian di atas, terlihat dengan jelas tugas dan tanggung jawab dari masing-masing personil sekolah terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. Pertama dari kepala sekolah bertugas mengkoordinir, menyediakan sarana dan prasarana serta membina dan mempetanggung jawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Kedua adalah wakil kepala sekolah bertugas membantu kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah termasuk pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Selanjutnya, guru pembimbing bertugas memasyarakatkan pelayanan bimbingan, merancang, melaksanakan program, malakukan penilaian dan  menindaklanjuti penilaian serta mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling yang telah di laksanakan.
Dan terakhir guru mata pelajaran dan wali kelas juga mempunyai tugas dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang langsung berhubungan dengan siswa, hal tersebut akan mempermudah guru pembimbing dalam memberikan pelayanan terhadap peserta didik di sekolah. Semua personil sekolah mempunyai peranan terhadap tugas dan tanggung jawab dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Demi tercapainya tujuan yang akan di capai, maka personil sekolah diharapkan mampu menjalin kerja sama yang baik dimanapun berada.


[1] Hadi Suparto, 1986. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Bulan Bintang.h.40.
[2] Bimo Walgito, 1988. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.h.53.

[3] Onang Uchjana, 1983. Psikologi Manajemen. Bandung.h.102

[4] Jalaluddin Rahmat, 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.h.52

[5] Kartini Kartono, 1980. Psikologi Umum. Jakarta: Kaigoro.h.35.

[6] Bimo Walgito, 1988. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Ofset.h.48
[7] Sarlito Wirawan Sarwono, 1991. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.h.89

[8] Mar’at, 1984. Sikap Manusia Serta Pengukurannya. Bandung: Ghalia Indonesia.h.22
[9] Dewa Ketut Sukardi, 2002. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.h.55