Selasa, 20 November 2012

INSYAFLAH


Kehidupan yang sedang kita jalani saat ini, terus berlalu tanpa henti. Perlahan..... detik..., menit...., jam....., hari....., minggu......, bulan......., dan tahun pun berlalu. Waktu yang telah kita lewati, tak pernah sekali pun berjanji untuk menjelang kembali. Dalam menjalani kehidupan di dunia fana ini, suatu waktu seberkas kebahagian meliputi diri; hari berlalu begitu indah; penuh tawa dan canda. Akan tetapi, di lain waktu, kita merasa tercampak ke dalam kubangan penderitaan; yang tersisa hanyalah rintihan, desah tangis, dan deraian air mata.
Bila direnungkan secara mendalam, maka hidup kita ini tak obahnya seperti lembaran dedaunan hijau yang sedang digerogoti ulat. Itulah putaran waktu. Hidup bagaikan hujan deras yang turun menyiram bumi. Kita manusia adalah tanaman yang mekar-merekah beberapa saat, lalu layu, kering, dan akhirnya jatuh ke permukaan tanah. Apa arti semua ini? ..... Dunia yang kita tempati sekarang hanyalah tempat persinggahan sejenak. Sadarilah, dunia ini bersifat maya dan sementara. Tak ada yang abadi. “Semua bakal lenyap dan musnah. Yang Kekal dan Abadi hanyalah zat Allah semata. Dialah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia”.[1]
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Kemudian hanyalah kepada kami kamu dikembalikan.[2]
Sadar dan insyaf-lah, wahai diri!
Permainan sang waktu tak pernah jemu menjerumuskan kita ke dalam kelalaian. Bukankah pada akhirnya, kita bakal terkapar, tanpa daya di liang lahat, di bawah gundukan tanah bertatahkan batu nisan? Inna lillâhi wa inna ilayhi râji’ûn....... Bukankah itu suatu kepastian? Lebih pasti dari akan terbitnya sang fajar esok hari. Tak seorang pun bakal luput dari yang namanya ajal.
Bayangkanlah.......Betapa pedihnya penderitaan tatkala sakaratul maut itu. Ketika Izra’il, malaikat pencabut nyawa menarik roh kita sejengkal demi sejangkal. Dengan menanggung sakit tak alang kepalang, bagaikan 300 kali bacokan pedang, bak binatang dikuliti dalam keadaan masih hidup. Begitu pedih dan menyiksa. Lalu dengan nafas sesak, kita berusaha menjerit serak:........Allah..........Allah........Allah........Waktu itu, mulai dari ujung kaki sampai ubun-ubun kita mengelepar menahan sakit. Pandangan mata kita kian lama akan semakin kabur, dan akhirnya........gelap gulita sama sekali.
Pada sentakan yang terakhir, sakitnya tak tertahankan lagi; pengap, sesak, dan menindih. Merenggang hebat sekujur tubuh kita, lalu tubuh yang tadinya penuh semangat, berubah kaku dan beku seketika. Kemudian, tibalah saatnya jasad kita dimandikan orang untuk kali yang terakhir. Selanjutnya, dibungkus dengan lembaran kain kafan. Sehebat dan sekaya apa pun kita masa di dunia, tetap itulah pakaian kita saat menghadap ke hadirat Ilahi. Setelah itu, orang banyak akan menyelenggarakan shalat jenazah; menyampaikan salam perpisahan melepas keberangkatan kita menuju alam baka. Keranda tempat kita dibaringkan pun digotong orang nenuju pandam pemakaman..
Saat itu, orang yang melayat dengan wajah penuh duka, tertunduk pilu berusaha untuk mengumandangkan: Subhânallâh wal Hamdu lillâhi wa Lâ Ilâha IllAllâh.....Allâhu akbar”. Adik atau kakak kita menangis haru di pintu halaman. Iba sangat hati ayah dan ibu, kita anak tumpuan harapan telah tiada, pergi buat selamanya. Teman dan sahabat menatap dengan muka sabak berlinang air mata..... Akan tetapi, kita yang sudah menjadi mayat, tak pedulikan semua itu. Keranda tetap diusung orang. Saat tiba di pandam pemakaman, telah disediakan orang untuk kita sebuah lubang berukuran tak lebih dari 1x2 meter dengan sebuah liang lahat; sekedar seukuran badan. Masih belum sadarkah kita bahwa itulah sebenarnya rumah masa depan kita? Jasad kita perlahan akan diturunkan ke liang kubur, dibaringkan dalam liang lahat dengan posisi menghadap kiblat. Diiringi doa Bismillâhi ’alâ millati Rasûlillâh Shalallahu ‘Alayhi wa Sallam”, air mata pun menetes kali yang terakhir.
Setelah itu, bongkahan tanah dijatuhkan perlahan sampai akhirnya menutupi seluruh lubang kuburan. Kian lama semakin padat dan akhirnya batu nisan pun di pancangkan sebagai tanda di sinilah seorang anak manusia pernah dikuburkan. Itulah kenyataan yang tak terbantahkan. Siapa pun tak dapat memungkirinya  dan kita tak dapat menghindar darinya. Kenapa? Kini terbukti sudah, betapa benarnya firman Allah "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu. Kemudian, kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan".[3] Benar juga, firman Allah lainnya:
 
Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya


[1] QS. Al-Rahman/55: 26
[2] QS. Al-‘Ankabut/29: 57
[3] QS. Al-Jumu’ah/62: 8

0 komentar:

Posting Komentar