Persepsi
1.
Pengertian Persepsi
Persepsi berasal dari bahasa Inggris
yaitu “perception”, apabila di
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia persepsi mengandung beberapa arti
tanggapan. Tanggapan tersebut dapat diartikan “pesan” yang tinggal pada
seseorang setelah melakukan pengamatan.
Pendapat di atas menyatakan bahwa
persepsi dapat diartikan sebagai tanggapan atau pesan yang diterima seseorang
setelah melakukan pengamatan terhadap suatu objek. Persepsi itu akan terjadi
apabila adanya rangsangan dari luar diri individu seperti informasi, kejadian
dan lain-lain.
Proses terjadinya persepsi apabila
informasi yang datang dari luar diri individu melalui panca indra, seperti;
mata, telinga, lidah, dan kulit. Kemudian rangsangan itu diterima, lalu
diinterpretasikan, setelah itu baru dilakukan proses penyadaran oleh individu
tersebut. Setiap individu mempunyai pengalaman dan latar belakang yang
berbeda-beda terhadap rangsangan yang diterimanya, sehingga hasil persepsinya
juga berbeda.
Pada saat memberikan suatu tanggapan
tertentu pada suatu objek, tentu adanya proses memperspsi terlebih dahulu,
sebagaimana Bimo Walgito menyatakan:
Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh pengindraan yaitu merupakan suatu proses yang berwujud di
terimanya stimulus oleh individu melalui alat resptornya. Namun proses itu
tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan stimulus itu disalurkan ke pusat
susunan saraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologi sehingga individu
menyadari apa yang dilihat, apa yang dia dengar dan sebagainya. Karena itu
proses pengindraan tidak terlepas dari proses persepsi dan proses pengindraan
akan selalu terjadi setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui
indranya dan reseptornya. Alat indra merupakan penghubung antar individu dengan
dunia luar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa proses terjadinya persepsi diawali dengan pengindraan yang dilakukan oleh
individu pada suatu objek tertentu. Kemudian pengindraan diterima individu
melalui alat resptornya, dan stimulus menyampaikannya ke otak. Dari proses itu
akan menghasilkan suatu pesan atau tanggapan tertentu terhadap objek tersebut.
Di samping itu para ahli mengemukakan
pendapat tentang persepsi sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Josepsh A.
Devito yang dikutip oleh Onang Uchjana mengemukakan persepsi adalah “proses
dimana kita menjadi sadar akan objek atau peristiwa dalam lingkungan melalui
ragam indra kita, penglihatan, perabaan, penciuman, dan pengecapan”.
Dari pernyataan di atas dapat di
jelaskan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang membuat seorang individu
menjadi sadar akan objek atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Hal
terjadi melalui alat indranya seperti penglihatan, perabaan, penciuman, dan
pengecapannya.
Senada dengan pendapat di atas,
Jalaluddin Rahmat mendefinisikan bahwa “persepsi itu merupakan pengalaman
terhadap objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”.
Kartini Kartono menyatakan bahwa “persepsi merupakan pengamatan secara global
disertai kesadaran, sedang objek dan subjeknya belum berbeda satu dari yang
lainnya”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses informasi yang berasal dari
pengalaman dan peristiwayang terjadi pada masa lampau. Dengan kata lain, persepsi
dapat diartikan sebagai proses informasi yang terjadi melalui alat-alat indra
berdasarkan pada pengalaman pada masa lampau. Dan juga pengalaman pada objek
yang disimpulkan dan diberikan makna kemudian ditafsirkan berdasarkan pada
stimuli dari lingkungan.
Jadi, dapat dipahami bahwa persepsi
personil sekolah adalah suatu pesan atau tanggapan yang diperoleh seseorang
atau personil sekolah setelah mengadakan pengamatan langsung terhadap lingkungannya.
Pengamatan tersebut dalam bentuk kemampuan atau kompetensi kepribadian yang
dimiliki oleh guru pembimbing di sekolah baik berhubungan dengan dirinya
sendiri maupun orang lain.
2.
Bentuk-bentuk Persepsi
Dari pengertian persepsi di atas,
secara umum dapat dilihat bentuk-bentuk dari persepsi itu sendiri, yaitu:
a.
Persepsi dalam artian
pengalaman terdahulu yang berkaitan.
b.
Persepsi dalam perasaan, sikap,
dorongan perorangan dan sebagainya.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1.
Persepsi dalam artian
pengalaman yang telah lalu.
Proses mempersepsi situasi sekarang
atau suatu kejadian tidak bisa terlepas dari adanya pengalaman terlebih dahulu.
Kalau pengalaman terdahulu itu sering muncul, maka reaksi yang terjadi menjadi
kebiasaan. Dengan adanya pengalaman-pengalaman tersebut, maka individu dapat
menyimpulkan apa yang telah dilihat ataupun dirasakanya.
Kebanyakan aktivitas-aktivitas
sehari-hari bergantung pada pengalaman terdahulu, hal tersebut bereaksi pada
isyarat dan lambang dari keseluruhan stimulus aslinya. Jadi apabila kebanyakan
situasi persepsi itu pada umumnya merupakan proses informasi yang didasarkan
atas pengalaman-pengalaman masa lampau.
2.
Persepsi, perasaan, sikap,
dorongan perorangan dan sebagainya
Kalau dilanjutkan meneliti proses
pengamatan itu, makin jelas bahwa proses persepsi tersebut bukanlah proses
mekanis yang sederhana. Proses menerima stimulus-stimulus tertentu yang
mengakibatkan akibat-akibat tertentu pula. Proses tersebut melibatkan panca
indra, perasaan bahkan emosi individu dalam memberikan tanggapa terhadap suatu
objek atau rangsangan yang terjadi.
Secara psikologis perasaan dan emosi
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mempersepsi secara tepat dan objektif.
Ketika suatu rangsangan datang, kemudian diterima oleh panca indra, maka panca
indra langsung ke menyalurkannya ke perasaan. Dari perasaan ini akan disalurkan
ke emosi individu, maka emosi inilah nantinya yang akan memberikan balasan atau
jawaban terhadap rangsangan tersebut yaitu berupa pesan atau tanggapan terhadap
objek yang diterima.
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi yang dilakukan masing-masing
individu tentunya berbeda-beda, hal itu di pengaruhi oleh beberapa faktor.
Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi
yaitu:
a.
Perhatian, artinya biasanya
kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitar kita sekaligus, tapi
kita menfokuskan perhatian kita pada dua objek saja.
b.
Kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan
sosial maupun yang menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi seseorang
tersebut.
c.
Sistim nilai, sistim nilai yang
berlaku dalam masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi.
d.
Ciri kepribadian, ciri
kepribadian akan mempengaruhi persepsi. Missal A dan B bekerja di suatu kantor
yang sama di bawah pengawasan satu orang atasan, A yang pemalu dan penakut akan
mempersepsikan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu dijauhi,
menganggap atasannya sebagai tokoh yang tidak dapat di ajak bergaul seperti
orang biasa lainnya.
e.
Gangguan kejiwaan, gangguan
kejiwaan dapat menimbulkan persepsi yang disebut halusinasi.
f.
Pengalaman terdahulu, hal ini
seiring muncul sehingga menjadi salah satu kebiasaan dan kebanyakan situasi
merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman masa lampau.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yang pertama kali
yaitu bentuk perhatian yang dilakukan. Dalam setiap kehidupan individu, akan
banyak menemui rangsangan dari lingkungannya. Semua ini tidak akan dapat
ditanggapi individu dengan memusatkan perhatian pada rangsangan tertentu saja,
karena perhatian yang terbatas akan mempengaruhi persepsi seseorang.
Kebutuhan dan sistem nilai yang
dianut seseorang juga akan mempengaruhi persepsinya, demikian juga ciri
kepribadian yang dimiliki seseorang. Seseorang yang memiliki ciri kepribadian
tertentu, yang berbeda dengan objek yang diamatinya tentu akan mempersepsikan bentuk
kepribadian objek yang diamatinya.
Senada dengan pendapat di atas,
Mar’at menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu:
a.
Pengalaman, tiap individu akan
dapat memberikan persepsi yang berbeda-beda dan hal itu tergantung kepada
bagaimana pengalaman yang diterima terhadap objek yang dipersepsi.
b.
Proses belajar, persepsi yang
akan diberikan setiap individu itu selain berdasarkan pengalaman juga melalui
proses belajar, maksudnya selama ia bergaul dengan objek yang diteliti, maka
akan turut memberikan penilaian dan hal ini bisa saja menjadi tidak sama antara
yang dipersepsi saat itu dengan yang akan datang.
c.
Cakrawala dan pengetahuan,
persepsi yang diberikan seseorang itu sebenarnya tidak terlepas dari
pengetahuan yang diterimanya mengenai objek yang sedang di persepsi.
d.
Manusia mengamati suatu objek
psikologi, dengan kaca matanya sendiri yang diwarnai oleh nilai dan
kepribadiannya, misalnya jika seseorang yang memiliki kepribadian yang selalu
berfikiran negative terhadap orang lain, ia akan memberikan persepsi negative
juag terhadap objek yang akan di persepsi.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman individu
dalam mengamati suatu objek. Dengan adanya
kebutuhan individu akan sesuatu, juga akan mempengaruhi individu dalam
mempersepsikan objek tersebut. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi
individu dalam mempersepi adalah proses belajar dan kepribadian yang dimiliki
oleh individu tersebut, kerena proses belajar yang di alami seseorang berbeda
dan kepribadian tiap-tiap individu juga berbeda-beda pula, sehingga dalam
mempersepsi pada objek yang sama akan berbeda-beda pula.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa persepsi tidak berdiri sendiri, persepsi dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Salah satu factor yang mempengaruhinya
adalah kebudayaan, pengalaman, proses belajar, cakrawala, pengetahuan dan
kepribadian. Faktor ini akan terlihat melalui perhatian yang sangat selektif,
pengalaman dan ciri-ciri rangsangan yang akan dijadikan sebagai persepsi atau
penilaian.
B. Personel Pelaksana
Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Personil sekolah merupakan
orang-orang bertugas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadaya, yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan. Personil sekolah
meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru
pembimbing, tata usaha dan lain-lainya. Personel pelaksana pelayanan bimbingan
dan konseling adalah segenap unsur yang terkait di dalam organigram pelayanan
bimbingan dengan koordinator guru pembimbing/ konselor sebagai pelaksana
utamanya. Uraian tugas masing-masing personel tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan
pendidikan secara menyeluruh di sekolah yang bersangkutan, tugas kepala sekolah
adalah:
1.
Mengkoordinasikan segenap
kegiatan yang diprogramkan di sekolah, sehingga kegiatan pengajaran, pelatihan
dan bimbingan merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis.
2.
Menyediakan prasarana, tenaga,
sarana, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelyanan bimbingan yang
efektif dan efisien.
3.
Melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya
tindak lanjut pelayanan bimbingan.
4.
Mempertanggungjawabkan
pelaksanaan pelayanan bimbingan di sekolah kepada kanwil/ kandep yang menjadi
atasannya.
2.
Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah membantu kepala
sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah termasuk pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
3.
Koordinator Bimbingan
Koordinator bimbingan bertugas
mengkoordinasi para guru pembimbing dalam:
1.
Memasyarakatkan pelayanan
bimbingan kepada segenap warga sekolah, orang tua siswa dan masyarakat.
2.
Menyusun program bimbingan
3.
Melaksanakan program bimbingan
4.
Mengadministrasikan pelayanan
bimbingan
5.
Menilai program dan pelaksanaan
bimbingan
6.
Memberikan tindak lanjut
terhadap hasil penilaian bimbingan
4.
Guru Pembimbing/ Konselor
Sebagai pelaksana utama, tenaga inti
dan ahli, guru pembimbing/ konselor bertugas:
1.
Memasyarakatkan pelayanan
bimbingan
2.
Merencanakan program bimbingan
3.
Melaksanakan segenap layanan
bimbingan
4.
Melaksanakan kegiatan pendukung
bimbingan
5.
Menilai proses dan hasil
pelayanan bimbingan dan kegiatan pendukungnya
6.
Melaksanakan tindak lanjut
berdasarkan hasil penilaian
7.
Mengadministrasikan layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakannya
8.
Mempertanggungjawabkan tugas
dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan kepada koordinator bimbingan.
5.
Guru Mata Pelajaran
Sebagai tenaga ahli pengajaran dan/
atau pelatihan dalam mata pelajaran atau program latihan tertentu, dan sebagai
personel yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan guru mata
pelajaran dan pelatih dalam layanan bimbingan adalah:
1.
Membantu memasyarakatkan
pelayanan bimbingan kepasa siswa
2.
Membantu guru pembimbing/
konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan
3.
Mengalihtangankan siswa yang
memerlukan layanan bimbingan kepada guru pembimbing/ konselor
4.
Menerima siswa yang menurut
guru pembimbing/ konselor memerlukan pelayanan pengajaran khusus (seperti
pengajaran perbaikan, program pengayaan)
5.
Membantu mengembangkan suasana
kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan
pelayanan bimbingan.
6.
Memberikan kesempatan dan
kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/ kegiatan bimbingan untuk
mengikuti/ menjalani layanan kegiatan yang dimaksudkan itu.
7.
Berpartisipasi dalam kegiatan
khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
8.
Membantu pengumpulan informasi
yang diperlukan dalam rangka penilaian bimbingan dan upaya tindak lanjutnya.
6.
Wali Kelas
Sebagai pengelola kelas tertentu,
dalam pelayanan bimbingan wali kelas berperan:
1.
Membantu guru pembimbing/
konselor melaksanakan tugas-tugas khususnya di kelas yang menjadi tanggung
jawabnya.
2.
Membantu guru mata pelajaran/
pelatih melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan, khususnya di kelas
yang menjadi tanggung jawabnya.
3.
Membantu memberikan kesempatan
dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya,
untuk mengikuti/ menjalani dan/ atau kegiatan bimbingan.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat
dengan jelas tugas dan tanggung jawab dari masing-masing personil sekolah
terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. Pertama dari kepala sekolah
bertugas mengkoordinir, menyediakan sarana dan prasarana serta membina dan
mempetanggung jawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah.
Kedua adalah wakil kepala sekolah
bertugas membantu kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah
termasuk pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Selanjutnya,
guru pembimbing bertugas memasyarakatkan pelayanan bimbingan, merancang,
melaksanakan program, malakukan penilaian dan
menindaklanjuti penilaian serta mempertanggung jawabkan tugas dan
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling yang telah di laksanakan.
Dan terakhir guru mata pelajaran dan
wali kelas juga mempunyai tugas dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang
langsung berhubungan dengan siswa, hal tersebut akan mempermudah guru
pembimbing dalam memberikan pelayanan terhadap peserta didik di sekolah. Semua
personil sekolah mempunyai peranan terhadap tugas dan tanggung jawab dalam
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Demi tercapainya tujuan yang akan
di capai, maka personil sekolah diharapkan mampu menjalin kerja sama yang baik
dimanapun berada.